Percaya tak percaya, di Indonesia yang katanya sudah merdeka ini masih saja terjadi diskriminasi almamater di dunia kerja. Ini benar-benar aneh, hal ini kusadari setelah beberapa kali mengikuti jobfair di kampus teknik ternama di Bandung. Dengan penuh semangat menyiapkan berlembar-lembar print-out CV milikku sendiri dan titipan sejumlah teman. Tiket masuk memang gratis, lagipula beberapa stand menyediakan souvenir jadi makin semangatlah menuju lokasi demi status sebagai buruh di perusahaan ternama dan menyenangkan orangtua karena badge 'pengangguran berijazah' sudah menempel di lengan bajuku cukup lama.
Diskriminasi Almamater di Dunia Kerja
Posted by Dwi Puspita Anggraeni | | Diary, Education | 15 comments »Ibu adalah inspirasi terbesar dalam hidupku. Entah sudah berapa tulisan kubuat untuk mencurahkan kekagumanku akan Beliau. Sudah lebih dari 25 tahun usiaku berlalu, tak sedikitpun berkurang kekhawatiran Ibu akan kami putra-putrinya. Bukan hanya ibuku, pasti juga ibu-ibu lainnya, ibu dosen, ibu pacar kita, ibu tetangga sebelah, ibu yang jualan nasi uduk, ibu mertua, semuanya, pastilah kekhawatiran terbesar mereka adalah perihal kebahagiaan putra-putrinya. Ketika hendak makan, yang diingat adalah apakah anakku sudah makan. Ketika hendak tidur yang terbayang adalah apakah anakku tidur di tempat yang layak saat ini. Ketika berdoa takkan alpa disebutnya nama kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)