Satpam Ganteng di Seberang Rel Tampak, Kereta di Pelupuk Mata Tak Tampak, Parah!

Pengalaman parah pasca lebaran 2010. Tiket kereta bisnis Mutiara Selatan berangkat dari stasiun Gubeng menuju Stasiun Hall Bandung untuk tanggal 15 September 2010 sudah di tangan sejak bulan kemaren. Dibeli dengan cucuran keringat dan utang ke temen lantaran takut keabisan tiket. Tertulis waktu keberangkatan 16.30 lebih lambat 30 menit dari keberangkatan hari normal yang biasanya pukul 16.00. It's ok i'm ready. Cabut dari rumah jam 14.30, 2jam sebelum keberangkatan kereta. Waktu yang cukup lama. Maklum, jalanan Pasuruan-Sidoarjo-Surabaya suka gak terduga, tiba-tiba macet, mana lampu merah bertebaran macam ranjau paku, buanyak buangeeet...

Bawa 1bh tas carier lumayan berat karena diisi jajanan lebaran dan meja laptop, ku bela-belain bawa dari rumah dari pada beli 20rb d Bandung kan sayang (ngirit bow..). Satu tas lagi isi laptop, dompet, digicam, dll. Berangkat naik motor dibonceng adek, si kecil Davi yang bawel minta ampun. :)

Mampir ke stasiun Gubeng Lama, cari pak polisi untuk menunaikan amanah dari temen kosan Rani untuk menyerahkan dodol garut setengah kilo dan pisang sale keju seperempat kilo. Jadi ceritanya sebelum Ramadhan kemarin Teh Silvi dan Rani ini ke Bali dan ketinggalan kereta pas mau balik ke Bandung karena kereta ekonomi berangkatnya kan pagi banget, jadilah mereka bermalam di pos polisi tepatnya di sel hakhakhak... ada2 aja. Nah sebagai ucapan terimakasih sama pak polisi jaga saat itu, Rani ini berinisiatif untuk memberikan dodol dan keripik sale pada siapapun polisi yang jaga saat itu. Ntah bagaimana ceritanya ternyata kebetulan sekali ketika aku tiba di pos itu hanya satu polisi yang stand by di pos, dan ketika ku utarakan maksudku beliau langsung tune, jadi pas banget ketemu pak polisi ini soalnya T Sil dan Rani sama2 tak ingat sapa nama polisi yang mereka maksud. Jadilah ku foto beliau, namanya Pak Kasmadi  :)

Langsung cabut ke stasiun Gubeng, waktu menunjukkan pukul 16 kurang dikit. Masih bisa leha-leha pikirku. Beli es teh air mata kucing ber-2 dengan Davi. Langsung dengan sok tahu ku ajak davi ke jalur 1 paling ujung, cari tempat duduk, minum es, bcandaan ngrasani cowok2 ganteng yang berseliweran di stasiun, satpam cabutan yang bingung tapi lumayan ganteng.  Ah kenapa semua jadi keliatan ganteng..

Ada kereta datang, speaker corong informasi suaranya pecah, gak jelas banget. Samar-samar ku dengar informan KA sebut-sebut Mutiara Selatan. Tapi adikku yakin tadi sebelumnya juga disebut Malang Express. Tapi aku kenal betul corak lukisan di dinding gerbong kereta di seberang jalur 6 sana, itu corak kereta langgananku si MutSel. Tapi sok tau dan sok maklum menganggap kereta telat itu wajar jadilah aku cuekin saja dan melanjutkan becanda dengan Davi.

Iseng-iseng lirik jam di tangan yang udah patah pengaitnya, waktu sudah menunjukkan pukul 17 lebih dikit. Rasanya ada yang gak beres ni. Akhirnya kuberanikan diri dekati bapak2 di bagian informasi dan ku tanya, "Pak, Mutiara Selatan yang ke arah Bandung telat ya, kok di tiket jam 16.30 sampai sekarang belum keliatan". Bapak itu menjawab, "Lho udah berangkat dari berapa menit lalu, lha keretanya malah nungguin dari jam empat tadi." Duh..pasti kereta tadi maksudnya si Bapak. Naluri kewanitaanku terbit, mati aku, nangis deh :( Kujelaskan bahwa aku sudah menunggu dari jam 4, memang sempat melihat kereta seperti MutSel tadi, tapi yang disebut dari suara petugas informasi malah Malang Express. Sambil cry dikit2 memohon kebijakan dan kemurahan hati si Bapak. Tapi beliau tak bisa membantu karena hitungannya tiketku sudah hangus. Tapi aku disuruh menghubungi Bapak Kepala Stasiun Gubeng barangkali beliau punya kebijakan sendiri. After muter2 akhirnya ketemu dengan Bapak kepala yang nampaknya sibuk memantau ini itu. Beliau berpendapat sama, tiketku hangus dan tak bisa diganti.

Di benakku berkecamuk macam-macam alternatif, antara lain: pulang kembali ke rumah tapi beresiko diomelin ibu, atau kabur ke Malang sekalian minta bantuan tesis ke temenku, tapi nanti malah repot lagi kalau sampai aku tak bisa balik ke Bandung karena di sana tiket udah sold out saat musim arus balik begini, lagipula kereta tujuan malang udah berangkat dari jam 4 tadi :( Bapak kepala stasiun menawarkan tiket turangga executive tapi ya harga normal tanpa potongan.

Cabut ke loket tanya harga tiket, Turangga available jam 18.00 berangkat, price is 380ribu. Hiks... mau nangis lagi. Sampai adikku berbisik, "Bawa uang cash gak?". Ups..aku baru sadar, uang cash ku pres cuma bawa 80rb. Alhamdulillah ada ATM BNI di stasiun dan Alhamdulillah masih sisa saldonya. Langsung tarik tunai dan bayar, Alhamdulillah tiket sudah di tangan. Hampir aja ketinggalan kereta Turangga, speaker di Gubeng asli parah suaranya pecah gak jelas. Yg clear cuma yang di bangku tempat nunggu itu, tempat band biasa pentas itu. Ternyata kereta kosong... Tapi aku duduk gak sendiri, ada mas-mas di sebelahku. Padahal banyak bangku kosong, kenapa pula aku dapat tiket sebangku dengan orang, napa gak sendiri aja :(

However, Alhamdulillah bisa tiba kembali di Bandung dengan selamat. Walaupun dengan berurai airmata :( Hingga hari ini kisah ini kurahasiakan dari ibuku. Nanti aja kalau udah jadi orang berduit dan sukses baru kuceritakan buat bahan ketawaan :)